Keris: Warisan budaya penuh makna

22.20 1 Comments



Keris: Warisan budaya penuh makna
Kota surakarta atau yang biasa disebut Solo, menganut semboyan Spirit Of Java yang dapat diartikan sebagai semangat budaya jawa. Dengan Menjunjung tinggi kebudayaan jawa, terekam disela aktivitas masyarakat dan terpaku di sudut-sudut kota berbagai macam budaya dan pusaka. Salah satu pusaka tersebut adalah keris.








Zaman dahulu keris berfungsi sebagai senjata. Seiring berkembangnya zaman dan masuknya budaya barat ke indonesia, fungsi keris sebagai senjata tergeser oleh senjata api. Kini keris beralih fungsi sebagai pusaka sakral dan masih digunakan dalam berbagai upacara adat jawa.

Selain sebagai senjata dan pusaka, dalam keris tersimpan banyak makna yang mencerminkan kearifan dalam kehidupan. Mulai dari proses pembuatan keris, bentuk fisik keris, sampai penggunaan keris memiliki makna yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
Dalam proses pengerjaan pusaka keris, dilakukan oleh empu dan beberapa pekerja. Dari proses pengerjaan ini memiliki makna bahwa dalam mencapai tujuan hidup manusia harus saling bekerja sama satu dengan yang lainnya. Sebelum mengerjakan pembuatan keris pun seorang empu dan pekerjanya harus memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Makna yang terkandung adalah setiap ingin melakukan kegiatan manusia harus selalu memohon restu dari Yang Haha Agung supaya lancar dalam pekerjaannya tersebut.
Keris memiliki dua macam bentuk, yaitu lurus dan berlekuk-lekuk atau disebut dengan “luk”. Untuk keris yang berbentuk luk selalu memiliki jumlah luk yang ganjil. Dalam filosofi jawa ganjil berarti belum genap sehingga masih harus disempurnakan. Dalam kehidupan ini bermakna bahwa manusia dilahirkan masih dalam keadaan kurang sempurna dalam artian batin, sehingga manusia harus terus belajar dan beribadah agar menjadi genap.
Hubungan antara keris dan sarungnya yang presisi juga mempunyai arti secara khusus. Dalam masyarakat jawa hubungan ini diartikan sebagai hubungan yang akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan dunia. Sehingga lahirlah filosofi “Manunggaling Kawulo Gusti”, selarasnya manusia dengan Tuhannya, selarasnya rakyat dengan pemimpinya sehingga tercipta kehidupan yang damai, tentram dan sejahtera.
Dalam penggunaan keris sebagai benda pusaka atau Tosan Aji, keris juga memiliki makna yang khusus. Pada zaman kerajaan keris menjadi simbol kepercayaan raja terhadap adipatinya. Ketika seorang raja memberikan sebuah keris kepada bangsawan keraton, itu berarti sang raja mengakui keunggulan dan percaya kepada bangsawan keraton tersebut. Namun jika kepercayaan tersebut dirusak oleh bangsawan itu sendiri, maka sang raja akan mengambil kembali keris yang sudah ia berikan.
Dalam upacara pernikahan jawa pun menggambarkan akan petingnya keberadaan pusaka keris. Bagi seorang pengantin laki-laki wajib hukumnya menyematkan keris dibelakang pinggangnya. Hal ini juga memiliki arti tersendiri. Keris merupakan simbol kejantanan bagi seorang laki-laki. “keris merupakan standar kebutuhan bagi laki-laki” kata empu Subandi, salah satu empu keris yang ada di Solo. Penempatan keris dibelakang pun juga memiliki arti akan sifat dan watak dari orang jawa, yaitu lemah lembut dan tidak menunjukan kekuatannya jika tidak terpaksa.
Meskipun keberadaan keris sebagai benda pusaka memiliki banyak filosofi kehidupan, namun semakin lama filosofi tersebut mulai dipudarkan. Tegeserkan oleh pemikiran manusia yang hanya menerima pengetahuan yang rasionel dan telah teruji secara empiris.

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

1 komentar: